dunia ibu tak bisa
dilepaskan dari tukang sayur. Bisa dikatakan, orang ini adalah idola dan idaman
para ibu. Kehadirannya tiap hari ditunggu dengan harap cemas. Ketidakhadirannya
diikuti oleh rasa kecewa, karena stok makanan hari itu terancam. Si ibu
terpaksa harus keliling cari tukang sayur lain, atau malah harus pergi ke
pasar.
Sejatinya kehadiran tukang sayur tiap pagi
membuat para ibu bisa lebih mudah dan cepat memperoleh bahan menu impian.
Tetapi ibu-ibu sering juga bagaikan "musuh dalam selimut" atau
"benci tapi rindu" terhadap tukang sayur. Mereka membutuhkan, tetapi
di sisi lain mereka ingin menekan tukang yang satu ini.
Tekanan-tekanan itu yang menjadikan para ibu ini
melakukan kesalahan/dosa tanpa sengaja. Apa saja "dosa" ibu-ibu pada
tukang sayur:
1. Menawar dagangan terlalu murah
Keunikan belanja di pasar tradisional maupun
tukang sayur adalah bahwa kita bisa menawar harga barang.
Tapi untuk harga sayur/buah/pangan pokok
lainnya, biasanya pedagang tidak akan membandrol barang dengan harga yang
terlalu tinggi. Apalagi dengan asas persaingan sempurna, mereka tak mau terlalu
banyak selisih harga dengan pedagang lain karena kuatir kehilangan pelanggan.
Karena itu kita sebaiknya menjaga adab dalam menawar harga. Berilah tawaran
harga yang sewajarnya.
Jangan sampai pedagang melepas barangnya pada
kita dengan rasa terpaksa/tidak ikhlas. Keterpaksaan itu bisa mengurangi
keberkahan dalam barang yang akan kita konsumsi.
INILAH 6 Dosa Ibu Ibu Kepada Tukang Sayur! No 3 Paling Sering Dilakukan tanpa disadari! |
2. Pesan suatu barang tetapi tidak jadi dibeli.
Ketahuilah bunda, modal yang dimiliki tukang
sayur itu sudah ada peruntukannya. Dia sudah mempelajari bahan apa saja yang
ingin dikulak sesuai kecenderungan konsumen. Jika kita pesan suatu barang
tertentu, modalnya akan terpakai untuk kita. Jika kita tak jadi membelinya,
tentu menjadi kerugian baginya. Masih bagus jika barang pesanan kita itu ada
yang menggantikan. Jika tidak, modal si pedagang akan tertahan di barang
tersebut. Ini akan mengurangi kemampuannya kulakan barang di hari berikutnya.
3. Berhutang pada tukang sayur dalam waktu lama, tapi membayar tunai pada toko
besar.
Sudah rahasia umum
sebagian ibu berhutang pada tukang sayur, bahkan dalam jangka waktu lama. Namun
di waktu yang relatif sama, ibu tersebut mampu membeli barang-barang di toko
besar/swalayan. Sudah tentu di swalayan ia harus membayar tunai. Bukan masalah
jika ibu sedang kesulitan keuangan. Tetapi hendaknya disertai empati untuk
menahan keinginan membeli barang-barang lain yang kurang perlu.
Terlalu lama ibu berhutang, membuat tukang sayur
menjadi kekurangan modal.
4. Mengutil
Seorang tukang sayur bercerita pada saya, di
tengah keramaian orang belanja, suka ada ibu-ibu yang mengutil barang. Perilaku
itu tidak hanya sekali tapi bisa beberapa kali dilakukannya. Juga tidak hanya
satu-dua ibu yang melakukan pengutilan itu.
Tukang sayur tidak mau menegurnya karena kasihan
jika ibu tsb menjadi malu di hadapan orang banyak.
5. Selalu ingin dilayani lebih dahulu.
Karena ibu-ibu enggan bersabar, tukang sayur
menjadi panik. Kadang hitung-hitungan manualnya kacau alias salah harga. Ini
juga berpotensi mengakibatkan kerugian.
6.
Berinisiatif mengambil bonus sendiri
Kadang ada ibu-ibu menambahkan suatu barang
sebagai bonus/pembulatan harga belanjaannya.
Sebaiknya kita tanya dulu pada tukang sayur
apakah ia membolehkan? Akan lebih baik jika ia yang memilihkan/menentukan jenis
bonusnya. Sekalipun hanya sebutir tomat kecil yang kita minta, jika harganya
sedang tinggi tentu akan memberatkannya.
Demikian hal-hal kecil yang sering dilakukan
ibu-ibu terhadap tukang sayur. Semoga kita tak termasuk dalam kategori ibu-ibu
yang lalai dalam hal tersebut.
Kedzoliman kecil yang tanpa terasa kita lakukan
tiap hari tentunya bisa makin menumpuk menjadi kedzoliman yang besar,
na'udzubillah.
Oleh : Sofia S. Wardani
Via : ummi-online
loading...